Kamis, 28 Februari 2013

= Workshop Custom Toys & Stop Motion





  • Tirana House | Jl Suryodiningratan 55 Yogyakarta
  • Selalu ada yang menarik di Tirana House

    Ikutan yuk...
    'WORKSHOP CUSTOM TOYS'
    di Tirana House, Jl Suryodiningratan 55 YK
    tanggal 2 & 3 Maret 2013
    Fasilitator: thedeomixblood

    RECYCLE mainan yang sudah rusak atau sudah bosan dengan mainan lamamu dan jadikan mainan baru ala dirimu sendiri di workshop ini. Juga bisa dibikin stop motionnya, atau video pendek dengan subyek mainan hasil buatanmu itu. Pasti seru!

    Biaya Rp 35rb.
    Per kelas maksimal 10 orang.
    Usia peserta minimal 10 tahun.
    Peserta membawa sendiri mainan-mainan usang/rusaknya.
    Juga membawa sendiri peralatan seperti stationary (gunting, cutter, pensil, spidol, alat gambar, lem untuk plastik/kayu) dll.

    Hasil karya workshop akan dipamerkan di Tirana Artspace juga loooo...nah ayo buruan daftar ya ke 0274 411615 atau email: tiranahouse@yahoo.com

= Salah satu seniman Titik Nol Kilometer Kota Yogyakarta


= Ki Wijanarko Baca Puisi



Kegiatan Rutin
--
ki wijanarko baca puisi
Judul : " Panas" dan " Nenyak" 
Tempat : Depan Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949, Titik Nol Kilometer Kota Yogyakarta
Hari / Tanggal : Kamis, 28 Februari 2013

= EXPERIMENTAL COLLABORATION PROJECT


  • Senthong Seni Srengenge
  • Connections: Towards alternatives to “alternative”

    This is a cross-genre performance collaboration presented by “Experimental Collaboration Project,” started by Japanese researcher and artists in Jogja and gropes for a new way of collaboration and expression in contemporary society. For the collaboration, we selected four talented artists from different genres and communities. They haven’t met each other and this is a first collaboration for them. Their expressions are different from each other, but we suppose their expressions are based on their keen sense of social perspective in common. Through this performance and discussion, we want to create a new connection in this community and consider about an alternative way of management.

    Enjoy the new expressions and wonderful venue full of nature!

    Ini adalah sebuah kolaborasi pertunjukan cross – genre yang disajikan oleh “Experimental Collaboration Project”, diawali oleh seorang peneliti Jepang bekerajasama dengan seniman-seniman Jogjakarta, memadukan sebuah bentuk baru kolaborasi dan ekspresi didalam masyarakat kontemporer. Untuk kolaborasi, kami memilih 4 seniman berbakat dari genre dan komunitas yang berbeda. Mereka belum pernah bertemu sebelumnya, dan ini adalah merupakan kolaborasi pertama mereka. Mereka memberikan ekspresi yang berbeda, tapi kita membayangkan mereka berekspresi berdasarkan ketajaman nalar mereka dalam merespon prespektif sosial. Melalui pertunjukan dan diskusi ini, kami ingin membangun bentuk baru sebuah ikatan dan mempertimbangkan bentuk alternatif dari sebuah management.

    Selamat menikmati ekspresi-ekspresi baru dan tempat yang indah dengan nuansa alam!

    ■Artists
    ・Wukir Suryadi
    Born in Malang, and lives in Yogyakarta. Bambu Wukir is the product of a unique fusion of ancient Javanese tradition with an onslaught of contemporary noise. The original instrument shaped like a bamboo spear utilizes both percussive strings carved from the bamboo’s skin, and melodic steel strings, bringing together elements of traditional Indonesian instruments with guitar distortion. Schooled in the theatre, Wukir Suryadi brings theatrical ruckus to the classical stage, plucking, strumming and bowing his way from peaceful meditations to rhythmical frenzies.

    Lahir di Malang, tingal di Yogyakarta. Bambu Wukir adalah sebuah produk fusi yang unik dari alat musik jawa kuno yang menghasilkan bunyi-bunyian kontemporer yang menyayat. Instrumen asli berbentuk seperti tombak bambu memanfaatkan kedua string perkusi yang diukir dari kulit bambu, dan senar melodi baja, menyatukan unsur-unsur instrumen tradisional Indonesia dengan distorsi gitar. Dididik di teater, Wukir Suryadi membawa keributan teater ke tahap klasik, mencabik, memetik dan membungkuk dalam perjalanan dari damai meditasi menuju irama kegilaan.


    ・FAJAR “KHUNTING” SUSANTO
    Born and lives in Yogyakarta. Since he entered in UNY, he has been active in art scene. As an artist, he is active in various fields, painting, mural, performance art. He is also active as a singer of rock band “KONTEMPRODUK.” Since 2010 he has been involved in “Salam Beta,” a community consists of students and artists from various areas in Java and supports residents in Merapi mountain through workshop and establishing libraries for children.

    Lahir dan tinggal di Yogyakarta. Kunthing mulai aktif di dunia seni semenjak ia kuliah di Universitas Negri Yogyakarta (UNY). Ia seniman yang aktif di berbagai media, lukis, mural dan seni pertunjukan. Dia merupakan vkalis dari ebuah band rock “KONTEMPRODUK”. Sejak tahun 2010 ia juga tergabung dalam “Slam Beta” sebuah komunitas yang konsisten denganpalajar dan seniman dari berbagai wilayah di Jawa dan membantu penduduk sekitar Gunung Merapi melalui workshop dan membangun perpustakaan untuk anak-anak.

    ・ Rudi Abdalah
    Born in Jakarta and lives in Bandung. He is active in art exhibitions and performance art since 2003. The tendency of his paintings is about daily life that’s absorbed through many things that are sometime very trivial. In performance art, the themes he used to put forward ranged in social issues, particularly on social inequality and politics, especially of the government policy. And also he represents a response to criticism, comment and complaints.

    Lahir di Jakarta dan tinggal di Bandung. Rudi aktif berpameran seni rupa dan seni pertunjukan sejak 2003. Kecendurangan lukisannya adalah tentang kehidupan sehari-hari yang menyerap banyak hal dan kadang sangat sepele. Dalam seni pertunjukan, Rudi mengedepankan isu-isu sosial, terutama pada ketidak seimbangan sosial dan politik, terutama dari kebijakan pemerintah. Dia juga menanggapi kritik, komentar dan keluhan.


    ・Elia Nurvista
    Born and lives in Yogyakarta. She completed Graduate School of Institut Seni Ineonesia [ISI], Yogyakarta (majored in Interior Design) in 2008. Her artworks are based on textile, such as textile design for daily use, reused fabrics, and so on, and she mentions about your social-cultural issues through those materials. She has been involved in collaborative, participatory art project; recently she participated in “Koganecho Art Bazaar,” artist in residency program in Yokohama, Japan. Not only as an artist, but also she is also active as a designer of “Simalakamma”, textile commodities from reused fabrics from old clothes.

    Lahir dan tinggal di Yogyakarta. Dia menyelesaikan kuliahnya dari Institut Seni Ineonesia [ISI], Yogyakarta (Jurusan Interior Design) pada tahun 2008. Karya-karya seni nya menggunakan tekstil, seperti desain tekstil untuk penggunaan sehari-hari, kain yang digunakan kembali, dan seterusnya, dan Dia menyebutkan tentang masalah-masalah sosial-budaya melalui bahan-bahan tersebut. Dia telah terlibat dalam beberapa proyek seni kolaboratif, partisipatif; Baru-baru ini ikut serta dalam Koganecho Bazaar seni, seniman dalam program residensi di Yokohama, Jepang. Tidak hanya sebagai seorang seniman, tapi juga dia juga aktif sebagai seorang desainer Simalakamma, tekstil komoditi dari kain yang digunakan kembali dari pakaian tua.



    ■Curator
    ・Tomoko Hayashi
    Born in Kobe, Japan and completed M.A. (majored in art history). She has worked at Kyoto Art Center (2002-2005), International Research Center for the Arts, Kyoto University of Arts and Design (2006-2007), and sendai mediatheque (2007-2011) as a coordinator and curator. She has been involved in various kinds of arts program; visual arts, contemporary dance, traditional Japanese theatre and archive projects for younger artists and citizens. Since 2011, she is working at Urban Research Plaza, Osaka City University as a adjunct research associate. Now she lives in Yogyakarta for her research on the development of alternative spaces and artists’ communities in Yogyakarta.

    Lahir di Kobe, Jepang dan selesai M.A. (jurusan sejarah seni). Dia telah bekerja di Kyoto Art Center (2002-2005), Pusat Penelitian internasional untuk seni, Kyoto University of Arts dan desain (2006-2007), dan mediatheque sendai (2007-2011) sebagai koordinator dan kurator. Dia telah terlibat dalam berbagai jenis program seni; seni visual, tari kontemporer, tradisional Jepang teater dan arsip proyek untuk seniman muda dan warga negara. Sejak 2011, dia bekerja di Urban penelitian Plaza, Universitas Osaka City sebagai asisten penelitian associate. Sekarang dia tinggal di Yogyakarta untuk penelitiannya pada pengembangan ruang-ruang alternatif dan seniman masyarakat di Yogyakarta.

= ki wijanarko Baca Puisi



Kegiatan rutin:
---
ki wijanarko Baca Puisi / mendoakan Jogja dan Indonesia
Lokasi : Lingkungan Kantor Pos Yogyakarta dan Titik Nol Kilometer Kota Yogyakarta, lingkungan Monumen 1 Maret 
Hari / tanggal : Senin, 27 Februari 2013

= Pertunjukan Sandiwara Berbahasa Jawa "PURIK"





  • Panen Raya Kebudayaan

    Dalam tradisi Jawa panen merupakan peristiwa agung yang dinantikan para petani. Panen ditunggu sebagai puncak kemenangan dimana padi yang sudah di tanam kini boleh dituai untuk keberlangsunga hidup. Menanam, merawat, memelihara dan memanen. Siklus alamiah yang telah terjadi di kehidupan agraris wilayah tanah Jawa. Mengamati peristiwa panen sungguh hal yang simbolis dalam satu frame kejadian yang tengah berlangsung. Dimana semua petani berkumpul membaur dengan masyarakat lain. Saling bercerita mengenai hasil panen, bertukar pikiran, dan memandang kebanggan tanah sawahnya yang melimpah. Inilah kebudayaan yang sedang berlangsung.

    Analogi di atas lalu ditaruh pada peristiwa kebudayaan yang lain yaitu pertunjukan teater. Teater yang mengkhususkan diri dengan bentuk bahasa Jawa. Adalah Komunitas Sego Gurih yaitu kelompok yang sudah konsisten sejak tahun 1998. Menginisiasi produksi pertunjukan keliling desa dan kampung. Tajuk mengenai “Panen Raya Kebudayaan” ini menjadi pijakan dasar bahwa semangat pertunjukan keliling inilah yang akan dibagikan kepada masyarakat. Spirit produksi pertunjukan yang patut dirayakan secara bersama. Menjadikan komunitas seni sebagai rumah yang dihidupi bersama secara kolektif. Komunitas seni yang terus mengartikulasikan bentuk dan gaya nya untuk disodorkan sebagai representasi kepada masyakarat. Proses yang berlangsung selalu mengetengahkan kesadaran penting untuk menjaga spirit berkomunitas menuju kesadaran estetika.

    Kesadaran estetika secara kolektif inilah yang menjadi bekal utama berkomunitas. Dengan memandang masyarakat bukan sekedar penonton, tetapi penonton juga berhak atas partisipasi secara organisasi untuk terlibat bersama dengan komunitas ini membangun jejaring. Teater tanpa penonton apalah hebatnya, penonton tidak dilibatkan dalam setiap produksi pementasan apalah kekuatan teater ? Pengertian penonton di sini adalah masyarakat yang tinggal di desa dan kampung. Calon-calon penonton dan penonton yang akan mewarnai regenerasi penonton seni pertunjukan kota.

    Artikulasi dalam “Panen Raya Kebudayaan” kali ini ialah menggelar pertunjukan dengan mendatangi rumah-rumah seniman tradisi di Yogyakarta. Berkunjung dan mengunjungi rumah seorang seniman tradisi Yogyakarta adalah pilihan kami. Rumah seniman tradisi yang akan dikunjungi ialah kediaan Yu Ningsih atau Yu Beruk dan Mbah Kasman Wayang Ukur. Pilihan sebagai kelompok yang berusaha menentukan artikulasi kreasi dan estetika. Memang dirasa bukan hanya “sekedar” pertunjukan semata. Namun bagi kami ini adalah gerakan kebudayaan yang sedang kami bangun dan cita-citakan secara kolektif. Perjumpaan dan pertukaran pikiran menjadi hal penting dalam pengalaman proses kreatif di tengah masyarakat.
    Menjadi penanda penting sebagai sebuah komunitas teater berbahasa Jawa yaitu memandang bahwa romantisme rumah-rumah seniman tersebut menyisakan banyak kenangan. Kenangan dimana proses kreatif mereka memulai dan melahirkan karya-karya yang sampai hari ini masih bisa bersanding ramah dengan penonton dari generasi ke generasi. Mereka rindu ketika sebagai insan kesenian, ingin menampilkan sesutau untuk masyarakat di tempat tinggalnya. Berbagi hal yang sederhana melalui pertunjukan kesenian.

    Alasan inilah membuat keyakinan sebagai kelompok untuk terus menginisiasi pertunjukan keliling secara kreatif. Komunitas Sego Gurih selalu butuh penonton dari berbagai struktur sosial yang majemuk. Komunitas seni yang ingin melihat kekuatan pribadinya seberapa kreatif bisa mengajak semua lapisan komunitas maupun masyarakat ikut terlibat dalam produksi pertunjukan kami. Menjadi biasa melakukan kunjungan ke rumah di desa dan kampung kota bahkan gang-gang sempit ditengah kemeriahan hiburan yang sudah sangat mainstream. Meskipun alat komunikasi yang dipakai cukup “tradisional” yaitu sandiwara berbahasa Jawa.

    Ini hal yang dinamis bagi kelompok teater di Yogyakarta. Halaman rumah dua seniman tradisi yang kami anggap mereka adalah pionir dalam pengaruh kami belajar berdialektika secara Jawa. Lebih dahulu mendatangi karena ingin belajar bersanding dengan mereka lewat masyarkat di sekitar rumahnya. Siapa tahu karya kami mampu mengingatkan mereka dalam masa kenangan dahulu ketika Yogyakarta masih riuh dengan kesenian ketoprak dan seni pertunjukan tradisi di kampung. Dengan segala keramaian yang sederhana semua masyarakat mampu duduk sejajar dan bersama menyaksikan hiburan produksi mereka sendiri secara mandiri. Romantisme inilah yang ingin kami langsungkan salah satunya. Mengunjungi dan berbagi.
    Lakon yang kami bawakan pun cukup representatif di telinga masyarakat saat ini. Cukup jamak dan domestik. Yaitu “PURIK” karya Wage Daksinarga. Mengetengahkan isu-isu seputar keluarga saat ini yang terhimpit ditengah gempuran ekonomi dan sosial serba terbatas. Menjadi figur sebuah bangunan keluarga kecil bahagia dan sejahtera pada faktanya memang tak semudah iklan-klan keluarga berecana yang berkumandang di televisi.

    Keluarga adalah puisi yang paling indah pada petikan sinteron lawas Keluarga Cemara. Memang kami imani bersama bahwa keluarga menjadi penting sebagai ruang pertukaran pikrian antara suami, istri dan anak. Menempatkan posisi yang kemudian memperoleh pengakuan eksitensi secara informal. Semuanya butuh pendapat dan alasan untuk terus mempertahankan biduk rumah tangga yang ideal sesuai cita-cita.

    Lakon inilah yang akan kami interaksi-kan kepada masyarakat. Silahkan saja akan ditanggapi seperti apa. Kami tuangkan ini bersama kerabat yang lain untuk mewujudkan karya pertunjukan yang membawa semangat kerakyatan. Tunggu kami di sela-sela waktu kesibukan anda, di antara gang-gang dan halaman rumah di desa dan kampung pinggiran kota. Di rumah mereka para seniman tradisi yang memberi banyak pengalaman kepada pertumbuhan kami sebagai kelompok kesenian yang belajar konsisten dengan bahasa Jawa. Selamat menantikan kami rombongan sandiwara berbahasa Jawa di kota Yogyakarta.

    Jadwal putaran pertunjukan keliling dimulai :
    • 1 Maret 2013 di Pasar Ngotho JL. Imogiri Barat Bantul Yogyakarta.
    • 3 Maret 2013 di halaman rumah Yu Beruk Dukuh MJ 1/1598 JL. Bantul Dongkelan, Yogyakarta
    • 5 Maret 2013 di Dusun Mbutuh Trukan Siluk Imogiri Bantul Yogyakarta
    • 7 Maret 2013 di Pendapa Nde Luweh Jl. Ngeksigondo no. 54 Kampung Kotagede sebelah barat Tom Silver.

    Semua pertunjukan akan digelar mulai jam 19.30 wib sampai dengan selesai. Bahkan secara meriah dan cuma-cuma untuk siapa saja yang masih sudi mengapresiasi bahasa ibu kita, bahasa Jawa. Mari kembali mencintai sekaligus memanen kebudayaan lokal dan bahasa Jawa.


    Elyandra Widharta, Aktor di Komunitas Sego Gurih

= IVAA


  • IVAA Talk

    "Seni Rupa Dalam Istana"
    Pengalaman Mengelola Koleksi Negara bersama Mikke Susanto

    Moderator: Farah Wardani

    Kamis, 28 Februari 2013
    Pukul 16.00 - 18.00 WIB

    di RumahIVAA
    Jalan Ireda, Gang Hiperkes, Kampung Dipowinatan
    MG I / 188 A-B, Keparakan, Yogyakarta 55152, Indonesia

    Berita Harian Kompas tertanggal Selasa 6 November 2007, dengan tajuk “Museum Bersejarah itu Hanya Tinggal Cerita”cukup mengejutkan sebagian besar publik seni di Indonesia. Sejak tahun itu pula kisah mengenai pengelolaan sejumlah besar koleksi Istana Presiden Republik Indonesia mengalami perubahan. Hingga kini pihak Istana terus berbenah dan terus mengupayakan “hidupnya” koleksi berupa lukisan, patung, dan benda seni lainnya. Menariknya, baru pada 2009, Mikke Susanto diminta sebagai konsultan kuratorial dalam pendirian museum Istana Presiden RI. Apa yang terjadi selama ini dalam Istana? Mari ikuti dan menjadi saksi.


    INDONESIAN VISUAL ART ARCHIVE
    Jalan Ireda, Gang Hiperkes, Kampung Dipowinatan
    MG I / 188 A-B, Keparakan, Yogyakarta 55152, Indonesia
    P/F +62 274 375262
    E ivaa@ivaa-online.org
    URL www.ivaa-online.org
    Join ivaa-online on Y!Groups
    Like IVAA on Facebook
    Follow @KawanIVAA on Twitter

    Visit Digital Archive of Indonesian Contemporary Art
    http://archive.ivaa-online.org/

Rabu, 27 Februari 2013

= ki wijanarko baca puisi karyanya


ki wijanarko baca puisi karyanya
---
Tempat : Panggung Krapyak



Hari/tgl : Senin, 25 Februari 2013
ki wijanarko baca puisi bareng dengan para mahasiswa dari luar jawa yang kuliah disebuah Univ di Yogyakarta Tempat : Titik Nol Kilometer Kota Yogyakarta Hari / tgl: Senin, 25 Februari 2013



ki wijanarko baca puisi bareng dengan para mahasiswa dari luar jawa yang kuliah disebuah Univ di Yogyakarta Tempat : Titik Nol Kilometer Kota Yogyakarta Hari / tgl: Senin, 25 Februari 2013 --- Mas Haikal dari Tidore membaca salah satu Puisi karya Kang Wijanarko


.

Selasa, 26 Februari 2013

= Puisi, PAHLAWAN

PAHLAWAN Endapkan emosi Kendalikan ego Memuliakan semua ciptaanNya Pahlawan adalah jalan kemuliaan Tulus ikhlas dalam laku kehidupan Karena cinta kepada sesama Karena cinta kehidupan yang hakiki Hidup yang menghidupi Hidup yang memberikan isi kepada jagad raya ini Karena kita adalah makhluk sosial universal Sebagaimana saat kita dalam alam ruh yang tidak terbatas ruang dan waktu dulu Bercita-citalah menjadi seorang pahlawan Karena pahlawan adalah pilihan terindah Sebagaimana ibunda kita saat menyabung nyawa ketika melahirkan kita dahulu. by : ki wijanarko 27 Februari 2013


= Puisi, PEMIMPIN





PEMIMPIN

 Konon ada satrio piningit Tapi ada juga anak-anak kita yang tekun belajar tidak mengenal waktu Mereka ini adalah anak-anak yang berniat untuk menjadi yang tepilih Bisa jadi mereka adalah anak kita, anak mereka, anak kita semua, anak bangsa Jangan bermimpi Jangan berasumsi Jangan bernostalgia jika nostalgia itu membuat kita terpuruk Yang realistis tetapi banyaklah berdoa Karena sesungguhnya satrio piningit itu adalah anak-anak kita sendiri Mereka membutuhkan dukungan moril dan semangat dari kita Jangan bunuh angan-angan mereka untuk mencapai cita-cita mereka yang mulia Karena mereka semua adalah para satrio piningit bangsa ini by : ki wijanarko 27 Februari 2013

= Puisi, PANAS

PANAS Sudah jadi pilihan manusia untuk suka dengan kenikmatan Kadang-kadang emosi, logika tidak berbicara Tidak befikir panjang kadang jadi pilihan Apakah tanpa matahari bisa terjadi hujan ? apakah tanpa matahari bisa terjadi fotosintesis pada tumbuh-tumbuhan ? Tanpa matahari apakah kita bisa makan dan hidup? Manfaat panasnya hari-hari ini adalah penuh dengan ilmu dan hikmah Ujian hidup datang silih berganti Jangan apriori terhadap ujian hidup Karena didalam ujian hidup ada kunci kehidupan agar kita bisa memilikinya Sehingga kita bisa membuka pintu-pintu jalan keluar Selalulah bersyukur terhadap ujian hidup yang sedang mendatangi kita Karena sesungguhnya ujian hidup akan mendewasakan kita dan membuat kita tambah bijaksana Serta makin banyak rejeki yang akan mendatangi kita dariNya by : ki wijanarko 27 Februari 2013

= Pantun WANGI

WANGI Shnta jalan kepasar mencari Rama, Kapur barus sungguh sangat wangi; Selalulah berbuat baik kepada sesama Agar jiwa kita menjadi indah dan wangi. by : wijanarko 27 Februari 2013

Minggu, 24 Februari 2013

= MAULID AKBAR LAPANAN JAMURO


  • tuwondo,srumbung,rt 06, segoroyoso pleret bantul yk
  • bersama habib agil quthban dan habib musthofa sayyidi baraqbah
  • = Gelar Seni Taman Budaya


  • Halaman Kompleks Taman Budaya Yogyakarta
  • Gelar Seni Sepanjang Tahun
    Taman Budaya Yogyakarta 2013
    Minggu 24 Februari 2013

    10.30-11.30 : Sanggar Tari Gito Gilang
    12.30-13.30 :Grup Karawitan “ Gamelan Style”
    14.00-15.00 : Seni Tradisi Montro (Kab Bantul )
    15.30-17.00 : Seni Tradisi Badui ( Kab Sleman )

    ~Terbuka Untuk Umum & Gratis~
  • = GREBEG SAMPAH ke 4 dlm rangka peringatan hari peduli sampah 2013


  • Bokong Semar, Joyopranan, Singosaren, Kotagede
  • GREBEG SAMPAH ke 4 dlm rangka peringatan hari peduli sampah 2013 bsk minggu 24 Peb di Jagang Bokong Semar, Joyopranan Singosaren Banguntapan (Kotagede) mulai jam 08.00 smpe 12.00

    dg agenda ; perfomance aksi bersih sampah, pelantikan polisi sampah dimeriahkan Kolaborasi tari sampah Miroto-Jemek Supardi, marching bleg, jatilan anak dan musik thek-thek jayakusuma

    Ancer-ancer Lokasi: Pasar Kotagedhe keselatan, sampe mentok (Kompleks Watugatheng) kekiri dan terus ambil jalan keselatan, nanti lokasi kiri Jalan.
  • = IVAA Full of Rice




  • “FULL OF RICE”
    PEMBUKAAN LUKISAN LANTAI di Amphitheatre RumahIVAA
    Artist: ROMAN DUDA (Lithuania)
    Hari Selasa, 26 Februari 2013 | 13.00 WIB
    RumahIVAA | Jalan Ireda Gang Hiperkes 188 A/B Kampung Dipowinatan, Keparakan, Yogyakarta.

    Roman Duda merupakan seorang seniman muda dari Kota Vilnius, Lithuania. Sebuah negeri kecil di Eropa timur dengan kota tua, Vilnius. Dalam perjalanan ke Indonesia sebagai traveler, dia mampir di RumahIVAA dan membuat karya lukisan di lantai amphitheatre kecil yang biasa digunakan untuk ruang bersama membaca, bekerja dan berdiskusi. Karya tersebut merupakan hasil ekspresinya selama 2 bulan ia menjelajah dan berinteraksi di Indonesia, khususnya di Yogyakarta. Kali ini ia akan memperlihatkan karya lukisan di lantai yang disertai dengan dua karya yang lain, yaitu yang berupa lukisan di kanvas besar dan sebuah karya instalatif. Melalui ketiga karyanya, Roman Duda membuat pernyataan personal sekaligus mengungkapkan ekspresi pembacaannya mengenai Indonesia dan Yogyakarta.

    Selama ini, lantai amphitheatre kecil di RumahIVAA disediakan untuk direspon oleh beberapa seniman. Karya Roman Duda merupakan salah satunya, dan akan menemani aktivitas-aktivitas di RumahIVAA hingga ia direspon kembali oleh seniman berikutnya.


    INDONESIAN VISUAL ART ARCHIVE
    Jalan Ireda, Gang Hiperkes, Kampung Dipowinatan
    MG I / 188 A-B, Keparakan, Yogyakarta 55152, Indonesia
    P/F +62 274 375262
    E ivaa@ivaa-online.org
    URL www.ivaa-online.org
    Join ivaa-online on Y!Groups
    Like IVAA on Facebook
    Follow @KawanIVAA on Twitter

    Visit Digital Archive of Indonesian Contemporary Art
    http://archive.ivaa-online.org/
  • Sabtu, 23 Februari 2013