Kamis, 28 Februari 2013

= EXPERIMENTAL COLLABORATION PROJECT


  • Senthong Seni Srengenge
  • Connections: Towards alternatives to “alternative”

    This is a cross-genre performance collaboration presented by “Experimental Collaboration Project,” started by Japanese researcher and artists in Jogja and gropes for a new way of collaboration and expression in contemporary society. For the collaboration, we selected four talented artists from different genres and communities. They haven’t met each other and this is a first collaboration for them. Their expressions are different from each other, but we suppose their expressions are based on their keen sense of social perspective in common. Through this performance and discussion, we want to create a new connection in this community and consider about an alternative way of management.

    Enjoy the new expressions and wonderful venue full of nature!

    Ini adalah sebuah kolaborasi pertunjukan cross – genre yang disajikan oleh “Experimental Collaboration Project”, diawali oleh seorang peneliti Jepang bekerajasama dengan seniman-seniman Jogjakarta, memadukan sebuah bentuk baru kolaborasi dan ekspresi didalam masyarakat kontemporer. Untuk kolaborasi, kami memilih 4 seniman berbakat dari genre dan komunitas yang berbeda. Mereka belum pernah bertemu sebelumnya, dan ini adalah merupakan kolaborasi pertama mereka. Mereka memberikan ekspresi yang berbeda, tapi kita membayangkan mereka berekspresi berdasarkan ketajaman nalar mereka dalam merespon prespektif sosial. Melalui pertunjukan dan diskusi ini, kami ingin membangun bentuk baru sebuah ikatan dan mempertimbangkan bentuk alternatif dari sebuah management.

    Selamat menikmati ekspresi-ekspresi baru dan tempat yang indah dengan nuansa alam!

    ■Artists
    ・Wukir Suryadi
    Born in Malang, and lives in Yogyakarta. Bambu Wukir is the product of a unique fusion of ancient Javanese tradition with an onslaught of contemporary noise. The original instrument shaped like a bamboo spear utilizes both percussive strings carved from the bamboo’s skin, and melodic steel strings, bringing together elements of traditional Indonesian instruments with guitar distortion. Schooled in the theatre, Wukir Suryadi brings theatrical ruckus to the classical stage, plucking, strumming and bowing his way from peaceful meditations to rhythmical frenzies.

    Lahir di Malang, tingal di Yogyakarta. Bambu Wukir adalah sebuah produk fusi yang unik dari alat musik jawa kuno yang menghasilkan bunyi-bunyian kontemporer yang menyayat. Instrumen asli berbentuk seperti tombak bambu memanfaatkan kedua string perkusi yang diukir dari kulit bambu, dan senar melodi baja, menyatukan unsur-unsur instrumen tradisional Indonesia dengan distorsi gitar. Dididik di teater, Wukir Suryadi membawa keributan teater ke tahap klasik, mencabik, memetik dan membungkuk dalam perjalanan dari damai meditasi menuju irama kegilaan.


    ・FAJAR “KHUNTING” SUSANTO
    Born and lives in Yogyakarta. Since he entered in UNY, he has been active in art scene. As an artist, he is active in various fields, painting, mural, performance art. He is also active as a singer of rock band “KONTEMPRODUK.” Since 2010 he has been involved in “Salam Beta,” a community consists of students and artists from various areas in Java and supports residents in Merapi mountain through workshop and establishing libraries for children.

    Lahir dan tinggal di Yogyakarta. Kunthing mulai aktif di dunia seni semenjak ia kuliah di Universitas Negri Yogyakarta (UNY). Ia seniman yang aktif di berbagai media, lukis, mural dan seni pertunjukan. Dia merupakan vkalis dari ebuah band rock “KONTEMPRODUK”. Sejak tahun 2010 ia juga tergabung dalam “Slam Beta” sebuah komunitas yang konsisten denganpalajar dan seniman dari berbagai wilayah di Jawa dan membantu penduduk sekitar Gunung Merapi melalui workshop dan membangun perpustakaan untuk anak-anak.

    ・ Rudi Abdalah
    Born in Jakarta and lives in Bandung. He is active in art exhibitions and performance art since 2003. The tendency of his paintings is about daily life that’s absorbed through many things that are sometime very trivial. In performance art, the themes he used to put forward ranged in social issues, particularly on social inequality and politics, especially of the government policy. And also he represents a response to criticism, comment and complaints.

    Lahir di Jakarta dan tinggal di Bandung. Rudi aktif berpameran seni rupa dan seni pertunjukan sejak 2003. Kecendurangan lukisannya adalah tentang kehidupan sehari-hari yang menyerap banyak hal dan kadang sangat sepele. Dalam seni pertunjukan, Rudi mengedepankan isu-isu sosial, terutama pada ketidak seimbangan sosial dan politik, terutama dari kebijakan pemerintah. Dia juga menanggapi kritik, komentar dan keluhan.


    ・Elia Nurvista
    Born and lives in Yogyakarta. She completed Graduate School of Institut Seni Ineonesia [ISI], Yogyakarta (majored in Interior Design) in 2008. Her artworks are based on textile, such as textile design for daily use, reused fabrics, and so on, and she mentions about your social-cultural issues through those materials. She has been involved in collaborative, participatory art project; recently she participated in “Koganecho Art Bazaar,” artist in residency program in Yokohama, Japan. Not only as an artist, but also she is also active as a designer of “Simalakamma”, textile commodities from reused fabrics from old clothes.

    Lahir dan tinggal di Yogyakarta. Dia menyelesaikan kuliahnya dari Institut Seni Ineonesia [ISI], Yogyakarta (Jurusan Interior Design) pada tahun 2008. Karya-karya seni nya menggunakan tekstil, seperti desain tekstil untuk penggunaan sehari-hari, kain yang digunakan kembali, dan seterusnya, dan Dia menyebutkan tentang masalah-masalah sosial-budaya melalui bahan-bahan tersebut. Dia telah terlibat dalam beberapa proyek seni kolaboratif, partisipatif; Baru-baru ini ikut serta dalam Koganecho Bazaar seni, seniman dalam program residensi di Yokohama, Jepang. Tidak hanya sebagai seorang seniman, tapi juga dia juga aktif sebagai seorang desainer Simalakamma, tekstil komoditi dari kain yang digunakan kembali dari pakaian tua.



    ■Curator
    ・Tomoko Hayashi
    Born in Kobe, Japan and completed M.A. (majored in art history). She has worked at Kyoto Art Center (2002-2005), International Research Center for the Arts, Kyoto University of Arts and Design (2006-2007), and sendai mediatheque (2007-2011) as a coordinator and curator. She has been involved in various kinds of arts program; visual arts, contemporary dance, traditional Japanese theatre and archive projects for younger artists and citizens. Since 2011, she is working at Urban Research Plaza, Osaka City University as a adjunct research associate. Now she lives in Yogyakarta for her research on the development of alternative spaces and artists’ communities in Yogyakarta.

    Lahir di Kobe, Jepang dan selesai M.A. (jurusan sejarah seni). Dia telah bekerja di Kyoto Art Center (2002-2005), Pusat Penelitian internasional untuk seni, Kyoto University of Arts dan desain (2006-2007), dan mediatheque sendai (2007-2011) sebagai koordinator dan kurator. Dia telah terlibat dalam berbagai jenis program seni; seni visual, tari kontemporer, tradisional Jepang teater dan arsip proyek untuk seniman muda dan warga negara. Sejak 2011, dia bekerja di Urban penelitian Plaza, Universitas Osaka City sebagai asisten penelitian associate. Sekarang dia tinggal di Yogyakarta untuk penelitiannya pada pengembangan ruang-ruang alternatif dan seniman masyarakat di Yogyakarta.

Tidak ada komentar: